TANGISAN
Isak tangis orang dewasa tidaklah
sama dengan tangisan anak kecil. Menangis bukanlah aib, bukan pula pintu
kesengsaraan. Terkadang tangisan dapat menghidupkan hati, menghapus kesalahan
dan mendatangkan ampunan ar-Rohman. Dan
jangan dikira tertawa atau menertawakan sesuatu adalah hal yang sepele. Apalagi
yang menjadi bahan lelucon adalah syari’at Islam yang mulia. Dalam Islam,
tertawa dan menangis ada rambu-rambu syar’inya, namun masih banyak saudara kita
belum mengetahuinya. Benarlah bahwa hal-hal yang dianggap remeh oleh sebagian
kalangan ternyata jika dikaji secara rinci merupakan hal yang perlu diwaspadai.
“Maka apakah kamu merasa heran
terhadap pemberitaan ini? Dan kamu menertawakan dan tidak menangis. Sedangkan
kamu melalaikannya? Maka bersujud lah kepada Alloh dan sembahlah (Dia).” (QS. an-Najm 1531: 59-62)
MAKNA AYAT SECARA UMUM
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah,
ketika menafsirkan ayat ini berkata :
“Ayat ini ditujukan kepada para
pendusta Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wasallam.Pertanyaan pada ayat
ini menunjukkan ingkar dan heran, mengapa mereka mendustakan Rosululloh
, yang membawa ayat dan
bukti yang benar. Bukankah Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wasallam,
pemberi peringatan seperti para utusan sebelumnya. Mengapa mereka tidak
khawatir disiksa seperti disiksanya pendusta risalah para utusan sebelumnya.
Oleh sebab itu Alloh Ta’ala berkata : “Maka apakah kamu merasa heran
terhadap pemberitaan ini wahai pendusta Rosululloh Shallallahu ‘alaihi
wasallam? Sehingga kamu menertawakan pemberitaan berupa al-Qur’an ini ?
Kamu menertawakan hukum-hukumnya, menertawakan
Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wasallam, menertawakan ibadahnya dan
menghinanya. Kalian merasa heran dan menertawakan dia Shallallahu ‘alaihi
wasallam.
Mengapa kamu tidak menangis ketika
mendengar al-Qur’an karena rasa takut kepada Alloh Ta’ala dan tidak mau
kembali kepada yang haq ? Akan tetapi hatimu bertambah keras? – maka kami
berlindung kepada. Alloh Ta’ala dari hati yang keras ini- dan mengapa
kamu menjadi orang yang melupakan al-Qur’an dengan senda guraumu dan
nyanyianmu? Sebagian kamu bila mendengar ayat Alloh, kamu menyanyi, bukankah
itu sifat orang kafir, Alloh ‘Azza wa jalla berfirman : “Dan
orang-orang yang kafir berkata : “Janganlah kamu mendengar dengan
sungguh-sungguh akan Al-Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya
kamu dapat mengalahkan mereka.” (QS. Fushshilat 1411: 26)
MENGAPA BAYI LAHIR MENANGIS
Dari Abu Huroiroh radhiyallahu
‘anhu Rosululloh Shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda :
“Tidak seorang bayi pun yang
dilahirkan kecuali telah disentuh oleh setan sehingga ia menangis, kecuali
Maryam dan putranya.”
Oleh karena itu orang tua sebaiknya
segera memohon perlindungan kepada Alloh Ta’ala untuk anak dan keturunannya
yang sedang lahir dari godaan setan yang terlaknat. Silakan membaca surat Ali
Imron ayat 31.
BILA MENANGIS MEMBAWA MALAPETAKA
Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, bersabda : “Sesungguhnya Alloh Ta’ala tidak menyiksa karena air
mata atau karena kesedihan hati. Tetapi Dia menyiksa atau mengasihi sebab ini,
-beliau menunjuk ke lidah beliau-.” . Maksudnya Alloh Ta’ala menyiksa
karena ratapan yang diucapkan lidah ketika menolak takdir Alloh Ta’ala
atas si mayit.
Meratapi orang mati adalah hal yang
tercela karena menunjukkan pelakunya tidak beriman kepada takdir Alloh Ta’ala
atau tidak ridho ketentuan Alloh Ta’ala.
Ummu Athiyyah radhiyallahu ‘anha berkata
: “Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengambil bai’at (janji
setia) pada kami agar tidak meratapi kematian.”
Tatkala suami Ummu Salamah radhiyallahu
anha meninggal dunia, Ummu Salamah
radhiyallahu ‘anha hendak
menangis bersama wanita yang datang di rumahnya, lalu Rosululloh Shallallahu
‘alaihi wa sallam, bersabda : “Apakah kamu akan memasukkan setan di
rumah yang Alloh Ta’ala telah mengusirnya.” Beliau mengulangi dua kali.
Lalu Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha diam dan tidak menangis lagi.
Ibnul Mubarok rahimahullah,
berkata : jeritan tangisan akan berbahaya kepada si mayit apabila sebelum
meninggal dunia si mayit tidak melarang keluarganya dari meratap. Rosululloh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :“Sesungguhnya mayat disiksa
lantaran tangisan keluarganya.”
Inilah salah satu contoh menangis
yang berbahaya. Demikian juga tangisan ketika dirinya atau keluarganya terkena
musibah. Manusia memang boleh bersedih tetapi tidak boleh menangis dengan
mengeraskan suara.
Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata kepada Mua’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu:
“Barangkali kami akan melewati masjidku dan kuburanku.” Lalu Mua’adz menangis
karena sedih. Lantas Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :
“Jangan menangis wahai Mu’adz, sungguh menangis dengan keras adalah perbuatan
setan.” [7]
KEUTAMAAN MENANGIS KARENA TAKUT
KEPADA ALLAH TA’ALA
Menangis pada umumnya karena sedih,
sakit atau tertimpa musibah. Akan tetapi terkadang karena rasa gembira dan
haru, semuanya itu hukumnya boleh asal tidak seperti tangisan jahiliyah.
Menangis terkadang mendapat pahala
bila dikarenakan takut siksaan Alloh, seperti orang yang berbuat maksiat lalu
dia sadar dan istighfar, atau menangis karena mengingat kebesaran kekuasaan-Nya
atau berharap rohmat dan surga-Nya. Menangislah karena takut kepada Alloh Ta’ala.
Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, bersabda :
“Tidaklah masuk neraka orang yang
menangis karena takut kepada Alloh.”
[8]
Ibnu ‘Ajlan rahimahullah berkata
: “Setiap tetesan air mata yang mengalir karena membaca al-Qur’an maka dia
dirohmati oleh Alloh Ta’ala.” [9]
Adapun di antara contoh menangis
karena takut kepada Alloh Ta’ala adalah :
1. Menangis ketika sedang sholat
Dari Muthorrif dari ayahnya, dia
berkata : “Aku. melihat Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang
sholat, dan di dadanya ada suara seperti suara air yang mendidih karena
menangis.”[10]
2. Menangis tatkala membaca
al-Qur’an atau membaca Sunnah Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Apabila dibacakan ayat-ayat Alloh
Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan
menangis.” (QS. Maryam [19]:58)
Ibnu Umar radhiyallahu
‘anhu, ketika membaca Surat al-Hadid ayat 16 (yang artinya): “Belum
datangkah waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka
mengingat Alloh.” beliau radhiyallahu ‘anhu menangis sehingga
membasahi jenggotnya dan berkata : “Wahai Alloh.” [11]
3. Menangis pada saat berdzikir dan
berdo’a kepada Alloh Ta’ala.
Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, bersabda : “Ada tujuh orang yang akan mendapat naungan pada hari
kiamat, tidak ada naungan kecuali naungan-Nya …
4. Menangis saat melintasi daerah
yang bergelimang kemaksiatan.
Abdulloh bin Umar radhiyallahu
‘anhu, berkata : “Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, berkata
kepada Ashabul Hijr : ‘janganlah kalian memasuki daerah suatu kaum yang telah
disiksa, kecuali dengan menangis. Kalau kamu tidak menangis, janganlah
memasuki daerah mereka agar kalian tidak tertimpa apa yang menimpa mereka.” [13]
5. Menangis apabila keluarga dan
masyarakat meninggalkan sholat atau berbuat maksiat.
Az-Zuhri rahimahullah,
berkata : “Saya datang kepada Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu di
Damaskus dan ia sedang menangis. Lalu saya bertanya : ‘Mengapa engkau
menangis?’ Ia menjawab : ‘Saya tidak tahu lagi amal yang aku dapati di masa
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang masih dipedulikan orang
sekarang, selain sholat, itu pun sudah disia-siakan.” [14]
6. Menangis ketika mendengar khutbah
atau ceramah.
Abu Said al-Khudri radhiyallahu
‘anhu, berkata : “pada suatu hari Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, berada di atas mimbar lalu bersabda : ‘Ada seorang hamba yang
diberi pilihan Alloh Ta’ala antara diberi kemewahan dunia atau diberi
sesuatu yang ada di sisi-Nya. Ternyata hamba itu memilih sesuatu yang ada di
sisi-Nya.’ Setelah itu Abu Bakr radhiyallahu ‘anhu, tampak
menangis.” [15]
7. Menangis bila menjumpai ulama
sunnah sakit mendekati ajalnya.
Said bin Jubair, berkata : “Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhu; pernah bertanya : ‘Apakah hari Kamis itu?’
lalu beliau menangis hingga air matanya membasahi batu-batu kerikil. Aku
bertanya : ‘Wahai Ibnu Abbas, ada apa dengan hari Kamis?’ Beliau menjawab :
‘Pada hari itu penyakit Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
bertambah parah kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
‘Kemarilah, aku akan menyampaikan untukmu suatu wasiat sehingga kamu tidak
akan tersesat setelahku…’.” [16]
8. Menangis karena mengingat dosa
Tholhah Ibnu Mushorif rahimahullah
berkata : “Ada orang yang berbuat dosa, maka setiap dosa yang dia ingat dia
menangis.” [17]
9. Menangis ketika mendengar adzan
Al-Qodhi Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah
menangis di masjid ketika mendengar adzan hingga pasir di hadapannya basah
olehnya. [18]
10. Menangis ketika berkhutbah
Abu Zaid rahimahullah berkata
: “Saya melihat Umar bin Abdul Aziz rahimahullah, menangis di atas
mimbar, tidak mampu bicara karena tangisannya sangat kuat.” [19]
WASPADALAH DENGAN TANGISANMU
Suatu ketika orang-orang munafik
merasa gembira karena tidak ikut berperang bersama Rosululloh Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Bahkan mereka mengacau orang yang hendak berperang, maka
Alloh Ta’ala mengingatkan dengan ayat-Nya :
“Maka hendaklah mereka sedikit
tertawa dan banyak menangis, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka
kerjakan.” (QS. at-Taubah [9]: 82)
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu
menerangkan ayat ini : “Dunia ini hanya sebentar, silahkan tertawa wahai orang
yang suka tertawa. Jika anda meninggalkan dunia dan mengahadap Alloh Ta’ala,
kalian akan menangis sepanjang masa.”
Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata
: “Ayat di atas menunjukkan ancaman bagi orang yang sering tertawa atau
menertawakan orang. Dan bukan berarti kita disuruh menertawakan orang.”[26]
BAHAYA SERING TERTAWA
Tertawa dapat mengeluarkan seseorang dari iman dan Islam. Tertawa yang tidak terkendali bisa berdampak buruk bagi diri dan orang lain. Sering kita jumpai awalnya orang senda gurau lalu berakhir dengan kebencian dan pertengkaran.
Tertawa dapat mengeluarkan seseorang dari iman dan Islam. Tertawa yang tidak terkendali bisa berdampak buruk bagi diri dan orang lain. Sering kita jumpai awalnya orang senda gurau lalu berakhir dengan kebencian dan pertengkaran.
Imam Ibnu Hibban rahimahullah berkata
: “Banyak dalil yang menjelaskan larangan tertawa yang berlebihlebihan, karena
sering tertawa pasti berdampak tidak baik.” Kemudian beliau membacakan hadits
Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
“Seandainya kalian mengetahui apa
yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” [20]
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu
mengatakan : “Tidak ada hari yang lebih menyedihkan bagi para sahabat dari
pada hari itu.” Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata lagi : “Mereka
menutupi kepala mereka sambil terdengar isak tangis mereka.” [21]
Bahkan orang yang sering tertawa
akan menerima dampak yang buruk. Di antara dampak itu adalah :
1. Mendapat hukuman dari Alloh Ta’ala
“Maka hendaklah mereka sedikit
tertawa dan banyak menangis, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka
kerjakan.”
2. Hati sulit mengingat Alloh Ta’ala
Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
“Dan janganlah terlalu banyak
tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati.” [22]
3. Tertawa membatalkan sholat.
Jabir bin Abdulloh radhiyallahu
‘anhu berkata : “Apabila seseorang tertawa di dalam sholat maka ia harus
mengulangi sholatnya dan tidak mengulangi wudhunya.” [23]
4. Terkadang tertawa merupakan
bentuk ejekan kepada orang, lantas bagaimana jika yang diejek adalah ahli
ibadah?
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,
berkata : “Ketika Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sholat di
dekat Ka’bah ada Abu jahl beserta kawan- kawannya sedang duduk-duduk di situ.
Sehari sebelumnya ada unta korban disembelih. Abu jahl berkata: ‘Siapakah di
antara kalian yang mau mengambil kotoran unta di Banifulan lalu meletakkannya
di atas kedua pundak Muhammad sewaktu ia sujud? Bangkitlah seorang yang paling
jahat di antara mereka dan segera mengambil kotoran itu. Di saat Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam sujud, ia letakkan kotoran itu di atas kedua
pundak beliau. Lalu mereka pun tertawa terpingkal-pingkal sambil saling melirik,
sedangkan aku berdiri menyaksikan kejadian itu. Seandainya aku mempunyai
kekuatan, niscaya akan aku buang kotoran itu dari punggung Rosululloh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap
saja bersujud, tidak mengangkat kepalanya hingga seseorang mengabarkan kepada
Fathimah. Kemudian Fatimah yang saat itu masih gadis kecil datang membuang
kotoran dari tubuh ayah-nya. “ [24]
5. Orang yang suka mengundang tawa
biasanya berbohong untuk membuat orang lain tertawa.
Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, bersabda :
“Celakalah orang yang berbicara
padahal ia berbohong, hanya sekadar untuk membuat orang-orang lain tertawa.
Celakalah dia, dan celakalah dia.”
[25]
Hadits ini merupakan peringatan bagi
para pelawak dan da’i yang ceramahnya mengundang tawa hadirin.
6. Menertawakan Alloh Ta’ala,
ayat-ayat-Nya dan Rosul-Nya akan menyebabkan jatuh kepada perbuatan kufur.
Bacalah surat at-Taubah ayat 65-66,
dan bacalah firman-Nya :
“Maka tatkala dia datang kepada
mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami dengan serta merta mereka
menertawakannya.” (QS. az-Zukhruf [43]: 47)
7. Menertawakan orang-orang yang
mengamalkan Sunnah.
Mereka dihukum Alloh Ta’ala
dengan dilupakan dari mengingat Alloh Ta’ala.
“Lalu kamu menjadikan mereka buah
ejekan, sehingga (kesibukan) kamu mengejek mereka, menjadikan kamu lupa
mengingat Aku, dan adalah kamu selalu menertawakan mereka.” (QS. al-Mu’minun [231: :110)
8. Orang yang suka menertawakan
urusan agama adalah pendusta wahyu dan utusan Alloh Ta’ala.
Baca surat az-Zukhruf [43]: 47,
surat an-Nisa’[4]:140, al-An’am [6]: 5 dan 10, at-Taubah [9]: 64 dan 65,
ar-Ro’du [13]: 32, al-Hijr [15]: 11, al-Kahfi [18]: 56 dan 106, al-Anbiya’
[21]: 36 dan 41, al-Furqon [25]:41, ar-Rum [30]: 10, dan surat lainnya.
PENYANYI ADALAH PENERTAWA AL-QUR’AN
Janganlah kita membenarkan adanya
dakwah yang diiringi dengan lagu, nasyid, rebana dan semisalnya.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu ketika
menafsirkan ayat pembahasan kita ini berkata : “Maksud ayat, “Sedang kamu
melengahkannya” mereka itu adalah penyanyi ketika mendengar ayat al-Qur’an
dan berlagak sombong.
Ibnul Qoyyim al-Jauzi rahimahullah
berkata : “Jika ayat ini dipahami nyanyian maka itu pemahaman yang benar,
karena nyanyian mengakibatkan orang benci mendengarkan al-Qur’an, dan orang
yang menyanyi suka Benda gurau, melupakan al-Qur’an, berpaling dan berlagak
sombong. Ini semua membuat orang lupa ibadah. [27].
Dalam kitabnya Adabul Qodho’,
Imam Syafi’i rahimahullah berkata : “Orang yang sering mendengarkan
nyanyian tidak boleh menjadi saksi dan kesaksiannya batal.” Lalu beliau rahimahullah
membacakan surat an‑ Najm [53] ayat 59-61 dan surat Luqman [31] ayat 6
Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda yang artinya “Sesungguhnya Alloh melarang dua suaranya
orang yang bodoh: berdendang riang pada saat mendapat nikmat dan suara tangisan
pada saat terkena musibah (meratapi kematian).” [28]
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,
berkata : “Nyanyian adalah awal mula zina.” Makhul
,
berkata : “Nyanyian menumbuhkan kemunafikan dalam hati. [29]
KAPAN PENERTAWA AKAN DITERTAWAKAN?
Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, sebelum menyeru umat agar beribadah kepada Alloh Ta’ala dan
tidak menyekutukan dengan lainnya, beliau diberi gelar al-Amin (orang
yang dapat dipercaya). Tetapi setelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wa sallam menyeru manusia agar beribadah kepada Alloh Ta’ala saja,
gelar beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam diganti dengan sya’ir
majnun (penyair gila)[30]
kahin (dukun dan para normal)[31].
Setiap utusan Alloh Ta’ala
sebelum Rosululloh Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam digelari
dengan sahirun/majnun (tukang sihir atau gila)[32].
Begitu pula pada zaman sekarang
ketika dakwah salafus sholih menyebar di masyarakat, para da’inya dicela,
orang berjenggot dan bercelana di atas mata kaki dicaci dan dihina, padahal
mereka mengamalkan Sunnah Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Alloh Ta’ala mengingatkan
kaum muslimin, sebenarnya siapa pelaku pencela Sunnah Rosululloh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam?
“Sesungguhnya orang-orang yang
berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman.” (QS. al-Muthoffifin [83]: 29)
Mereka melirikkan mata ketika
bertemu dengan orang yang beriman, orang beriman dicap orang tersesat.
Walaupun demikian kaum muslimin hendaknya bersabar dan tetap istiqomah di atas
yang benar sebagaimana istiqomahnya para utusan Alloh Ta’ala dan para
sahabatnya. Kelak pada hari kiamat orang mukmin akan menertawakan mereka.
Firman-Nya :
“Maka pada hari ini, orang-orang
yang beriman menertawakan orang-orang kafir.” (QS.al-Muthofifin [83]: 34)
KAPAN KITA BOLEH TERTAWA?
1. Saat hati gembira atau ada sebab
lain yang dibenarkan syar’i.
Tertawa yang diperbolehkan adalah
tertawa yang tidak mengeraskan suara seperti kebiasaan orang jahiliyah, akan
tetapi cukup senyum dan boleh menampakkan gigi seri
“Sesungguhnya aku dilarang meratap.
Dilarang dua suara yang jahat: mengeraskan suara ketika tertawa pada saat
mendapatkan nikmat, bermain-main, senda gurau dan terompet setan, dan dari
suara jeritan menangis pada saat kena musibah, menggaruk wajah, menyobek saku
dan teriakan setan.” [33]
2. Saat memberi sesuatu kepada orang
lain
Anas bin Malik berkata radhiyallahu
‘anhu: “Aku pernah berjalan bersama
Rosululloh
beliau mengenakan selendang dari Najran yang pinggirnya kasar. Tiba-tiba
seorang badui berpapasan dengan beliau, lalu menarik selendang beliau dengan
kuat. Ketika aku memandang ke leher Rosululloh, ternyata pinggiran selendang
telah membekas di lehernya karena kuatnya tarikan. Orang itu kemudian berkata :
“Hai Muhammad, berikan aku sebagian dari harta Alloh Ta’ala yang ada padamu.
Rosululloh, berpaling kepadanya, lalu tertawa dan memberikan suatu pemberian
kepadanya.” [34]
3. Saat bergembira ketika
mendapatkan nikmat terutama nikmat iman dan Islam
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu
berkata : “Ketika Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama
kami, tiba-tiba beliau terlena sesaat, kemudian beliau mengangkat kepala sambil
tersenyum. Kami bertanya : ‘Wahai Rosululloh, apa yang membuat Anda tertawa?’
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : ‘Baru saja satu surat
diturunkan kepadaku, yaitu surat al-Kautsar.” (Shohih Muslim 607)
4. Senyum bila menjumpai saudara
yang beriman.
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu
berkata : “Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Jangan meremehkan kebaikan,
walaupun hanya sedikit semisal berwajah ceria (senyum) ketika bertemu dengan
teman.” [35]
Senyum seperti ini sungguh sangat
baik, karena menunjukkan lapang dada. Tetapi harus benar dalam penempatannya.
Di antara senyuman yang dianjurkan adalah senyumnya istri kepada suami, orang
tua kepada anaknya atau sebaliknya, tuan rumah kepada tamunya, dan kepada manusia
secara umum walaupun kepada orang yang hati kita kurang senang kepadanya.
DO’A MENGHILANGKAN DOSA TERTAWA
Terkadang manusia lalai atau lupa sehingga salah dalam berbicara bahkan kadang tanpa disadari telah menyakitkan hati orang lain. Sebaiknya orang yang suka tertawa atau bergurau segera istighfar dan banyak berdo’a.
Terkadang manusia lalai atau lupa sehingga salah dalam berbicara bahkan kadang tanpa disadari telah menyakitkan hati orang lain. Sebaiknya orang yang suka tertawa atau bergurau segera istighfar dan banyak berdo’a.
Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu
‘anhu berkata : “Saya mendengar Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berdo’a : “Ya Alloh, ampunilah dosaku, kebodohanku, keborosanku dalam urusanku,
dan apa-apa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku. Ya Alloh ampunilah
diriku, kesalahanku, kesengajaanku, kebodohanku, senda gurauku dan semuanya
yang ada padaku. Ya Alloh, ampunilah diriku dari dosa yang aku lakukan, apa
yang aku sembunyikan, apa yang aku tampakkan. Engkau yang memajukan, Engkau
yang mengundurkan, dan Engkau berkuasa atas segala sesuatu.” [36]
Akhirnya semoga semua amal kita
senantiasa sesuai dengan Sunnah Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
, tangisan dan tawa yang diridhoi oleh Alloh Ta’ala.
Sumber: Majalah Al-Furqon, edisi: 12
thn ke 9 Rojab 1431.H, Juni/Juli 2010.M
Artikel: ibnuabbaskendari.wordpress.com